Rabu, 28 Juni 2017

RANGKAIAN PENYULUTAN THYRISTOR DENGAN TAHANAN (R) PADA MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA UNIVERSITAS GUNADARMA





RANGKAIAN PENYULUTAN THYRISTOR DENGAN TAHANAN (R) PADA MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA UNIVERSITAS GUNADARMA
Ade Surya Pratama 10413158 adesurya0312@gmail.com




ABSTRAKSI
Penulisan Ilmiah. Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri,
Universitas Gunadarma, 2016
Kata Kunci      : Rangkaian Penyulutan Thyristor.
(xi + 32+Lampiran)
Rangkaian Penyulutan thyristor akan bekerja apabila kaki atau terminal gate pada thyristor diberi tegangan sebesar 0.7V karna pada dasarnya prinsip kerja dari thyristor itu sendiri sama seperti saklar atau switch apabila kaki dari gerbang gate tidak diberikan tegangan sebesar 0.7 maka thyristor tidak akan berfungsi atau off. untuk mendapatkan sudut penyalaan digunakan potensiometer atau variable untuk mengatur seberapa besar sudut penyalaan yang diinginkan. Sudut penyalaan yang didapat pada rangkaian penyulutan adalah sebesar  45˚, dan 90˚. Rangkaian elektronika daya merupakan suatu rangkaian listrik yang dapat mengubah sumber daya listrik dari bentuk gelombang tertentu (seperti bentuk gelombang sinusoida) menjadi  sumber  daya  listrik  dengan  bentuk  gelombang  lain (seperti gelombang nonsinusoida) dengan  menggunakan  piranti  semikonduktor  daya.  Semikonduktor  daya memiliki  peran  penting  dalam  rangkaian  elektronika  daya.  Semikonduktor  daya  dalam rangkaian  elektronika  daya  umumnya  dioperasikan  sebagai  pensaklar (switching), pengubah (converting),  dan  pengatur  (controlling)  sesuai  dengan unjuk  kerja  rangkaian elektronika daya yang diinginkan.

Daftar Pustaka (1993-2016)









I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang                                                        
Rangkaian elektronika daya merupakan suatu rangkaian listrik yang dapat mengubah sumber daya listrik dari bentuk gelombang tertentu (seperti bentuk gelombang sinusoida) menjadi  sumber  daya  listrik  dengan  bentuk  gelombang  lain (seperti  gelombang nonsinusoida) dengan  menggunakan  piranti  semikonduktor  daya.  Semikonduktor  daya memiliki  peran  penting  dalam  rangkaian  elektronika  daya.  Semikonduktor  daya  dalam rangkaian  elektronika  daya  umumnya  dioperasikan  sebagai  pensaklar (switching), pengubah (converting),  dan  pengatur  (controlling)  sesuai  dengan unjuk  kerja  rangkaian elektronika daya yang diinginkan.
Dalam rangkaian penyulutan thyristor ini menggunakan Silicon Controlled Rectifier (SCR), dimana SCR  merupakan alat semikonduktor empat lapis (PNPN) yang menggunakan tiga kaki yaitu anoda (anode), katoda (cathode), dan gerbang (gate) dalam operasinya. SCR adalah salah satu thyristor yang paling sering digunakan dan dapat melakukan penyaklaran untuk arus yang besar.
Rangkaian Penyulutan thyristor akan bekerja apabila kaki atau terminal gate pada thyristor diberi tegangan sebesar 0.7V karna pada dasarnya prinsip kerja dari thyristor itu sendiri sama seperti saklar atau switch apabila kaki dari gerbang gate tidak diberikan tegangan sebesar 0.7 maka thyristor tidak akan berfungsi atau off.
Oleh karena itu, disini penulis akan mengambil judul RANGKAIAN PENYULUTAN THYRISTOR DENGAN TAHANAN (R).


II. LANDASAN TEORI

2.1 Thyristor[3]
            Thyristor merupakan salah satu devais semikonduktor daya yang paling penting dan telah digunakan secara ekstensif pada rangkaian elektronika daya. Thyristor biasanya digunakan sebagai saklar/penstabil,beroperasi antara keadaan non konduksi ke konduksi. Pada banyak aplikasi  thyristor dapat diasumsikan sebagai saklar ideal akan tetapi dalam prakteknya thyristor memiliki batasan dan karakteristik tertentu.
2.1.1 Karakteristik thyristor[1]
Thyristor merupakan devais semikonduktor 4 lapisan berstruktur pnpn dengan tiga pn-junction. Devais ini memiliki 3 terminal: anoda, katoda dan gerbang. Thyristor dibuat melalui proses difusi.
 Ketika tegangan anode dibuat lebih positif dibandingkan dengan katode,sambungan J1 dan J3 berada pada kondisi forward bias. Sambungan J2 berada pada kondisi reverse bias,dan akan mengalir arus bocor yang kecil antara anoda ke katoda. Pada kondisi ini thyristor dikatakan pada kondisi forward blocking atau kondisi off-state,dan arus bocor dikenal sebagai arus off-state ID. Jika tegangan anoda ke katoda VAK ditingkatkan hingga suatu tegangan tertentu, sambungan J2 akan bocor.
Hal ini dikenal dengan avalanche breakdown dan tegangan VAK tersebut dikenal sebagai forward breakdown voltage,VBO Dan karena J1 dan J3 sudah berada pada kondisi forward bias,maka akan terdapat lintasan pembawa muatan bebas melewati ketiga sambungan,yang akan menghasilkan arus anoda yang besar. Thyristor pada kondisi ini disebut berada pada keadaan konduksi atau keadaan hidup. Ketika pada kondisi on,thyristor akan bertindak seperti dioda yang tidak dapat dikontrol. Devais ini akan terus berada pada kondisi on karena tidak adanya lapisan deplesi pada sambungan J2 karena pembawa-pembawa muatan yang bergerak bebas. Akan tetapi,jika arus maju anoda berada dibawah suatu tingkatan yang disebut holding current I H,daerah deplesi akan terbentuk di sekitar J2 karena adanya pengurangan banyak pembawa muatan bebas dan thyristor akan berada pada keadaan blocking. Holding current adalah arus anoda minimum untuk mempertahankan thyristor pada kondisi on.
 Ketika tegangan katoda lebih positif dibanding dengan anoda, sambungan J2 forward bias,akan tetapi sambungan J1dan J3 akan reverse bias. Thyristor akan dapat dihidupkan dengan meningkatkan tegangan maju VAK diatas VBO,akan tetapi kondisi ini bersifat merusak. Thyristor dapat dikategorikan sebagai latching device.

2.1.2 Jenis-Jenis Thyristor

Thyristor dibuat hampir seluruhnya dengan proses difusi. Thyristor dapat secara umum diklasifikasikan menjadi sembilan kategori:
1. Phase –control thyristor (SCR)
2. Fast-switching thyristor(SCR)
3. Gate-turn-off thyristor (GTO)
4. Bidirectional triode thyristor(TRIAC)
5. Reverse-conducting thyristor (RCT)
6. Static induction thyristor (SITH)
7. Light-activated silicon-controlled rectifier (LASCR) 
8. FET-controlled thyristor(FET-CTH)
9. MOS-controlled thyristor (MCT)


1.      Phase-Control Thyristor (SCR)
Thyristor type ini secara umum beroperasi pada line-frequency dan dimatikan dengan komutasi natural. Turn off time tq, berada dalam orde 50 sampai 100 µs. Alat ini sangat cocok untuk aplikasi pensaklaran kecepatan rendah yang dikenal sebagai thyristor konverter. Karena terbuat dari silikon yang dikontrol maka thyristor ini disebut silicon-controlled rectifier (SCR).
Dalam keadaan on, VT, bervariasi disekitar 1,15 V untuk devais 600 V hingga 2,5 V untuk devais 4000 V; dan untuk thyristor 5500 A, 1200 V, sekitar 1,25 V.

2.      Fast-Switching Thyristor (SCR)
Biasanya thyristor ini digunakan pada penerapan teknologi pensaklaran kecepatan tinggi dengan forced-commutation. Thyristor jenis ini memiliki waktu turn off yang cepat, umumnya dalam 5 sampai 50 µs bergantung pada daerah tegangannya. Tegangan jatuh forward pada keadaan on bervarasi kira-kira seperti fungsi invers dari trun off time tq, dikenal juga sebagai thyristor inversi.
Thyristor ini memiliki dv/dt yang tinggi biasanya 1000 V/µs dan di/dt sebesar 1000 /µs. Turn off yang cepat akan sangat penting untuk mengurangi berat dan ukuran dari komponen rangkaian reaktif. Thyristor ini memiliki kemampuan blocking yang sangat terbatas kira-kira 10 V, biasanya dikenal asymmetrical thyristor (ASCR).

3.      Turn Off Thyristor (GTO)
Alat ini dihidupkan dengan memberi sinyal gerbang positif. GTO memiliki beberapa keuntungan dibandingkan SCR;
(1)   Turn-off yang cepat, memungkinkan komponen commulating pada forced-commutation, yang menghasilkan pengurangan biaya, berat dan volume.
(2)   Pengurangan usikan akustik dan elektromagnetik karena hilangya commutation chokes.
(3)   Trun-off yang cepat, memungkinkan frekuensi pensaklaran yang tinggi.
(4)   Meningkankan efisiensi converter.

Pada aplikasi daya rendah, GTO memiliki keuntungan dibandingkan bipolar transistor:
(1)   Kemampuan bloking tegangan yang lebih tinggi.
(2)   Rasio arus puncak yang dapt dikontrol dengan arus rata-rata yang tinggi.
(3)   Rasio atus surge puncak terhadap arus terhadap arus rata-rata tinggi 10 : 1
(4)   Penguatan keadaan on tinggi (arus anoda/arus gerbang), umumnya 600.
(5)   Durasi sinyal gerbang sinyal pulsa pendek.
Controllable peak on-state current ITGQ adalah nilai puncak dari arus keadaan on, yang dapat dimatikan oleh control gerbang. Dengan CS adalah kapasitansi sumber.

4.      Bidirectional Triode Thyristor (TRIAC)
TRIAC dapat bersifat konduktifdalam dua arah. Karena itu TRIAC merupakan devais bidirectional, terminalnya tidak dapat ditentukan sebagai anoda/katoda. Dalam prakteknya sensitivitas bervariasi antara satu kuadran dengan kuadran lain, dan TRIAC biasanya beroperasi di kuadran I+ (tegangan) dan arus gerbang positif) atau kuadran III- (tegangan dan arus gerbang negative).

5.      Reverse-Conducting Thyristor (RCT)
Suatu RCT dapat dipandangi sebagai suatu kompromi antara karakteristikdevais dan kebutuhan dari rangkaian RCT dapat dianggap sebagai suatu thyristor dengan built-in mode antipapralel. Tegangan forward blocking bervariasi antara 400 samapi dengan 2000 V dan rating arus maju bergerak hingga 500 A. Tegangan blocking reverse biasanya sekitar 30 sampai dengan 40 V.

6.      Static Induction Thyristor (SITH)
Karakteristik dari SITH mirip dengan karakteristik dari MOSFET. SITH biasanya dihidupkan dengan memberikan tegangan gerbang positif. SITH merupakan devais pembawa muatan minoritas.
SITH memiliki kecepatan switching yang tinggi denagn kemampuan dv/dt dan di/dt yang tinggi. Waktu switching nya berada pada orde 1 sampai 6 µs. Rating tegangan mencapai 2500 V dan rating arus dibatasi 500 A. devais ini sangat sensitive terhadap proses produksi, ganguan kecil dapat mengakibatkan perubahan besar pada karakteristiknya.

7.      Light-Activated Silicon-Controlled Rectifier (LASCR)
Devais ini dihidupkan dengan memberikan radiasi langsung pada wafer silicon. Pasangan electron-hole yang terbentuk selama proses radiasi menghasilkan arus trigger pada pengaruh medan elektris. LASCR digunakan untuk pemakaian arus dan tegangan yang tinggi dan kompensasi daya reaktif statis. LASCR menediakan isolasi elektris penuh antara sumber cahaya pen-trigger dan devais switching dari converter daya, dengan potensial mengambang tinggi.

8.      FET-Controlled Thyristor (FET-CTH)
Devais FET – CTH merupakan kombinasi MOSFET dan thyristor secara parallel. Jika tegangan tertentu diberikan pada gerbang MOSFET, biasanya 3 V, arus pen-tringger dari thyristor akan bangkit secara internal. FET-CTH memiliki kecepatan switching tinggi.

9.      MOS-Controlled Thyristor (MCT)
MOS-Controlled Thyristor (MCT) mengkombinasikan sifat-sifat regeneratif thyristor dan struktur gerbang MOS. Karena strukturny NPNP anoda berlaku sebagai terminal acuan relatif terhadap semua sinyal gerbang yang diberikan. Diasumsikan bahwa MCT berada dalam keadaaan blocking state dan tegangan negatif VGAdiberikan. Kanal p (layer inversion) dibentuk dalam material n-doped, yang mengakibatkan hole-hole mengalir secara lateral dari emiter.
MCT dapat beroperasisebagai devais yang dikontrol oleh gerbang jika arusnya lebih kecil dari arus maksimum yang dapat dikontrol. Usaha untuk membuat MCT off pada arus yang melebihi nilai itu akan menyebabkan kerusakan pada devais. Untuk nilai arus yang tinggi, MCT harus dimatikan seperti thyristor biasa. Lebar pulsa gerbang tidak kritis untuk arus devais yang lebih kecil. Untuk arus besar, lebar pulsa turn off harus lebih besar dari pulsa turn-off harus lebih besar.

2.1.3 Aplikasi tyhristor Untuk Tegangan AC/DC
Thyristor khususnya SCR (silicon controlled rectifier) memiliki 3 buah  elektroda: anoda (A), katoda (K), dan gate (G) merupakan piranti elektronik yang banyak diterapkan pada rangkaian elektronika daya. Di dalam konverter arus bolak-balik thyristor merupakan komponen utama, melalui pengendalian sinyal picu (trigger), maka besarnya sudut konduk (conduction angle) dan sudut picu (firing delay angle) dapat diatur.

Rangkaian dasar: SCR, beban (RL), dan sumber tegangan (Us) diperlihatkan pada gambar 1.a), sedangkan gambar 1.b) memperlihatkan bahwa pada sudut konduk SCR = 1200 maka sudut picu = 600 (interval 180adalah sudut konduk+ sudut picu).
Gambar 2.1 Rangkaian Dasar SCR

 Gambar 2.2 Sudut pemicu dan sudut konduk
2.2 Penyearah Terkendali Thyristor
Penyearah Thyristor fasa terkendali merupakan penyearah yang sederhana dan lebih murah, Dan efisiensi dari penyearah ini secara umum berada diatas 95%. Karena penyearah-penyearah ini mengkonversi dari tegangan AC ke DC, Penyearah ini ini dikenal sebagai konverter AC-DC dan digunakan secara instensif pada aplikasi-aplikasi industry, Terutama pada variable-spead drives, yang mencangkup level daya dari fraksional tenaga kuda hingga megawatt.

2.3 Prinsip Operasi Konverter Thyristor

Pada gambar 2.3 dengan beban resistif. Selama setengan siklus positif dari tegangan masukan, anoda thyristor relatife positif terhadap katoda sehingga thyristor disebut bias maju.
Gambar 2.3 Rangkaian dengan beban resistif
 Ketika thyristor T1 dinyalakan pada ωt=α, thyristor T1 akan tersambung dan tegangan masukkan akan muncul di beban. Ketika tegangan masukkan mulai negatif pada ωt=α anoda thyristor akan negatif terhadap katodanya dan thyristor T1 akan disebut dengan bias mundur, dan dimatikan. Waktu setelah tegangan masukan mulai positif hinggan thyristor dinyalakan pada ωt=π disebut sudut delay atau sudut penyalaan α.
            Pada gambar 2.4 memperlihatkan daerah operasi dari konverter, dengan tegangan dan arus keluaran memiliki polaritas tunggal.
                                                     Gambar 2.4 Daerah operasi konverter
Pada gambar 2.5 memperlihatkan bentuk gelombang tegangan masukan, tegangan keluaran, arus beban dan tegangan sepanjang thyristor T1.
Gambar 2.5 Bentuk gelombang input dan output
Konverter ini bias digunakan pada aplikasi industry karena keluarannya memiliki ripple yang tinggi dan frekunsi ripple rendah. Jika fs merupakan frekuensidari suplai masukan, komponen frekuensi terendah pada tegangan ripple keluaran akan fs juga.
            Jika Vm merupakan puncak tegangan masukan, tegangan keluaran rata-rata Vdc dapat diperoleh dari :


2.4 SCR[2]

Silicon Controlled Rectifier (SCR) merupakan alat semikonduktor empat lapis (PNPN) yang menggunakan tiga kaki yaitu anoda (anode), katoda (cathode), dan gerbang (gate) – dalam operasinya. SCR adalah salah satu thyristor yang paling sering digunakan dan dapat melakukan penyaklaran untuk arus yang besar.
                                                             Gambar 2.6 Bentuk fisik SCR 
Gambar 2.7 Konstruksi dan simbol SCR
SCR dapat dikategorikan menurut jumlah arus yang dapat beroperasi, yaitu SCR arus rendah dan SCR arus tinggi. SCR arus rendah dapat bekerja dengan arus anoda kurang dari 1 A sedangkan SCR arus tinggi dapat menangani arus beban sampai ribuan ampere.
Dalam suatu rangkaian listrik diperlukan resistor dengan spesifikasi tertentu seperti besar hambatan, arus maksimum yang boleh dilewatkan dan karakteristik hambatan terhadap suhu dan panas. Resistor memberikan hambatan agar komponen yang diberi tegangan tidak dialiri dengan arus yang besar. Resistor juga dapat berfungsi sebagai pembagi tegangan. Komponen resistor sering juga ditemukan pada peralatan seperti radio dan amplifier. Biasanya, resistor digunakan sebagai pengatur volume atau nada yang menggunakan tombol yang dapat diputar. Tombol tersebut adalah resistor yang dapat diubah-ubah nilainya. Perubahan resistansi akan mengubah besar arus yang menggerakkan membran speaker. Semakin besar nilai hambatan pada resistor dalam satuan ohm, semakin kecil besar arus yang melewatinya.
III. RANCANGAN SISTEM KESELURUHAN

3.1 Proses pembuatan Rangkaian penyulutan thyristor dengan hambatan (R)
            Pada proses pembuatan rangkaian penyulutan thyristor  dengan hambatan (R) terlebih dahulu rancang rangkaian dengan melihat skematik rangkaian yang telah ditentukan. Setelah itu susun komponen-komponen yang telah ditentukan sesuai dengan skematik pada papan PCB. Kemudian lakukan pengecekan alat dengan menggunakan oscilloscope apakah bentuk gelombang output sudah sesuai dengan yang diinginkan yaitu berupa gelombang penyulutan half wave. Jika sudah sesuai dengan yang diinginkan pasang rangkaian pada modul yang telah di tentukan, jika output belum sesuai dengan yang di inginkan maka lakukan kembali pengecekan pada skematik atau komponen pada rangkaian tersebut.


3.2 Blok Diagram Rangkaian penyulutan tyhristor dengan hambatan (R).
            Secara keseluruhan, rangkaian penyulutan dengan thyristor dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu blok input, blok proses, dan blok output. Blok input terdiri atas masukan tegangan sebesar 220V yang kemudian di turunkan menjadi 18V dengan menggunakan trafo stepdown. Blok proses terdiri atas rangkaian penyulutan yang  terdiri dari beberapa komponen antara lain resistor 47KΩ yang berfungsi sebagai pembatas tahanan agar tegangan yang melalui variable tidak nol, variable 1M yang berfungsi sebagai pengatur sinyal output pada pengerbangan rangkaian penyulutan, diode 1            N4001 yang berfungsi sebagai penahan agar tidak ada tegangan balik induksi, yang dikemas dalam sebuah tyhristor tipe SCR 100.6 sebagai penyearah terkendali. Blok output terdiri atas gelombang half wave dengan sudut picu sebesar 45˚ dan 90˚.
    3.2.1 Blok Input
Pada rangkaian penyulutan thyristor dengan hambatan (R) ini, sumber tegangan yang digunakan adalah dengan menggunakan transformator, biasa disebut juga dengan trafo, khususnya transformator jenis step down. Bentuk fisik dari trafo yang digunakan pada modul praktikum dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2. Transformator Step Down
 sumber tegangan yang diperlukan oleh rangkaian hanya 18 V, untuk itulah diperlukan trafo jenis step down  yang menurunkan tegangan sumber PLN yang 220 V menjadi 18 V yang dibutuhkan oleh rangkaian.

3.2.2 Blok Proses
            Prinsip kerja dari thyristor pada rangkaian penyulut yaitu seperti saklar/switch, Thyristor pada tipe SCR memiliki tiga buah kaki yaitu kaki anode (A), Katode (K), dan gate (G), dimana pada kaki anode bernilai (+) dan kaki katode bernilai (-). Proses penyulutan pada rangkaian penyulutan thyristor dengan hambatan (R) yaitu bermula dari sumber tegangan AC 18 V.
                                                          Gambar 3.3  gelombang AC
yang kemudian menjadi tegangan setengah gelombang (Half Wave) karena Dioda D1 yang berfungsi clipper sebagai pengubah golombang penuh (full wave) menjadi setegah gelombang(half wave). Pada siklus positif gelombang sumber, pada thyristor tipe SCR 100.6 terminal anoda akan lebih positif dari terminal katoda, tapi arus tidak akan mengalir melalui thyristor sebelum terminal gate pada thyristor diberi tegangan penggerbangan sebesar 0.7V
Gambar 3.4 Rangkaian penyulutan thyristor dengan hambatan (R)
Ketika tegangan pada kaki gate thyristor aktif maka thyristor pun akan aktif, sehingga arus akan mengalir melalui thyristor sehingga menghasilkan gelombang positif yang terpotong pada bagian depannya. Potongan tersebut diakibatkan oleh sudut yang dihasilkan oleh  sinyal penggerbangan. Pengaturan sudut gelombanng output  dapat di peroleh dengan cara mengatur sudut penyalaan pada sinyal penggerbangan dengan menggunakan potensio meter/ variable.
3.2.2.1 Resistor
Resistor merupakan salah satu komponen yang paling sering digunakan pada rangkaian elektronika, ini karena fungsi resistor yang penting pada suatu rangkaian elektronika. Fungsi resistor selain sebagai tahanan pada suatu rangkaian elektronika, juga berfungsi untuk membagi arus, membatasi / mengatur arus, dan  dimanfaatkan sebagai alat untuk menurunkan tegangan listrik. Bentuk fisik dari salah satu resistor yang digunakan adalah resistor 47KΩ seperti terlihat pada Gambar 3.5. 

Gambar 3.5 Resistor
Pada rangkaian penyulutan thyristor dengan hambatan (R) ini, jenis resistor yang digunakan adalah resistor yang nilai tahanannya tetap (fixed resistor). Resistor pada rangkaian ini berfungsi untuk menyesuaikan tegangan dan arus yang akan masuk pada kaki gate pada SCR agar sesuai dengan karakteristik yang dimiliki oleh SCR, supaya nilai arus yang mengalir ke kaki gate sesuai dengan nilai standar pada SCR yang akan memicu SCR mengalirkan arus listrik dari anoda ke katoda.
3.2.2.2 Potensiometer           
            Potensiometer adalah salah satu jenis resistor yang nilai tahanannya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan rangkaian elektronika ataupun kebutuhan pemakainya. Secara struktur, potensiometer terdiri dari tiga kaki terminal dengan satu tuas (knob) yang berfungsi sebagai pengatur besarnya resistansi. Gambar dibawah ini menunjukan simbol dan bentuk fisik dari potensiometer yang digunakan.
Gambar 3.6 Simbol Potensiometer

Gambar 3.7 Bentuk Fisik Potensiometer
Potensiometer yang digunakan pada rangkaian penyulutan thyristor dengan hambatan (R) ini adalah Rotary Potentiometer dengan besar nilai resistansinya yaitu 1MΩ. Pada rangkaian ini potensiometer berfungsi untuk mengatur besarnya arus yang akan masuk ke kaki gate pada SCR yang berfungsi untuk memicu (trigger) SCR untuk mengatur sudut fasa sinyal output yang akan mempengaruhi besar tegangan keluaran (output) dari penyulutan thyristor dengan hambatan (R).
3.2.2.3 Dioda
            Dioda merupakan salah satu jenis komponen aktif elektronika yang digunakan pada rangkaian ini selain SCR. Fungsi dioda adalah untuk mengubah tegangan AC menjadi tegangan searah.
Gambar 3.8 Dioda
Dioda pada rangkaian penyulutan thyristor dengan hambatan (R) dipasang di kaki gate supaya mengubah tegangan bolak-balik menjadi tegangan searah, ini dibutuhkan karena kaki gate pada SCR tipe MCR 100-8 yang digunakan pada rangkaian ini membutuhkan tegangan searah (VDC) untuk memicu SCR itu aktif. Selain sebagai penyearah, dioda yang dipasang pada kaki gate ini berfungsi sebagai pembatas arus, agar jika terjadi masalah pada beban, tidak ada arus balik yang menuju rangkaian pemicu, sehingga rangkaian pemicupun aman dari kerusakan.
3.2.2.4 SCR Triggering
            Untuk dapat melakukan pengaturan tegangan dengan menggunakan SCR, SCR haruslah aktif. Untuk mengaktifkannya maka kaki gerbang pada SCR harus diberi arus positif. SCR haruslah diberi arus pemicu gerbang, IGT. Arus pemicu pada kaki gerbang ini hanya dibutuhkan pada sesaat saja untuk memicu gerbang. Biasanya besar arus ini berkisar antara 0,1 sampai 100mA. Namun pada tipe SCR MCR 100-8 yang digunakan pada rangkaian kali ini arus IGT yang diperlukan yaitu 0,2mA. Supaya arus dapat mengalir melalui SCR, SCR harus dalam kondisi bias maju, yaitu sisi anoda harus lebih positif dibandingkan sisi katoda. Setelah gerbang dipicu, maka SCR akan aktif dan tetap aktif selama arus yang mengalir dari anoda ke katoda berada diatas arus minimum. Arus minimum ini biasa disebut dengan arus penahan (holding current), besar arus penahan pada MCR 100-8 adalah berkisar antara 5mA sampai 10 mA. 

3.2.3 Blok Output
            Output dari rangkaian penyulutan thyristor dengan hambatan adalah berupa gelombang yang telah di sulut sebesar 45˚dan 90˚. Dimana sudut picu dapat di kendalikan oleh dua buah  potensio/variable yang memiliki nilai tahanan sebesar  1MΩ
Gambar 3.9 Output sudut picu sebesar 45˚
Untuk mendapatkan nilai sudut picu 45˚ diperoleh dari pengendalian sinyal picu (trigger) dengan mengubah nilai resistansi pada beban R menggunakan potensiometer sebesar 1MΩ. Untuk mendapatkan nilai sudut picu sebesar 45˚ digunakan nilai resistansi pada potensiometer sebesar 1M agar gelombang sudut picu bisa dipicu hingga 45˚ seperti yang terdapat pada gambar 3.5 diatas.
Untuk rangkaian penyulutan dengan sudut picu sebesar 90˚ diperoleh dari pengendalian sinyal picu (trigger) dengan mengubah nilai resistansi pada beban R menggunakan potensiometer sebesar 1MΩ.
Gambar 3.10 Output sudut picu sebesar 90˚
Untuk mendapatkan nilai sudut picu 90˚ diperoleh dari pengendalian sinyal picu (trigger) dengan mengubah nilai resistansi pada beban R menggunakan potensiometer sebesar 1MΩ agar gelombang sudut picu bisa dipicu hingga 90˚ seperti yang terdapat pada gambar 3.6 diatas.

3.3 Flowchart Rangkaian Penyulutan Thyristor Dengan Hambatan (R)
            Rangkaian penyulutan thyristor diberikan tegangan input AC 18 V. Apabila gerbang gate di berikan tegangan 0.7 V maka rangkaian penyulut akan aktif, rangkaian penyulut akan di picu dengan menggunakan potensio meter semakin besar hambatan yang di atur oleh potensio maka penyulutan akan semakin besar pula.       
                      Gambar 3.11 Flowchart Rangkaian penyulutan thyristor dengan hambatan (R)

Alur dari flowchart Rangkaian penyulutan thyristor dengan hambatan (R) adalah program akan berjalan apabila rangkaian telah diberikan tegangan sebesar 18V, setelah itu aktifkan kaki gate pada thyristor tipe SCR dengan memberikan tegangan sebesar lebih dari 0.7V jika Y maka akan dilanjutkan dengan mengatur penyulutan dengan menggunakan potensiometer, jika T maka program akan kembali untuk mengaktifkan kaki gate dengan memberikan tegangan sebesar 0.7V. Setelah pengaturan penyulutan selesai dengan potensiometer maka gelombang dengan sudut picu bias diamati dan program akan berakhir.
IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Percobaan Rangkaian Penyulutan Thyristor
            Rangkaian yang digunakan dalam pengambilan data menggunakan komponen-komponen sebagai berikut :
1.      1 buah thyristor tipe MCR 100.6
2.      Transformator
3.      Osciloscope
4.      Kabel Jumper
5.      Multimeter
            Langkah pertama untuk rangkaian penyulutan thyristor dengan hambatan (R) adalah menghubungkan kabel jumper dengan sumber tegangan sebesar 18V sebagai sumber input.

Gambar 4.1 Menghubungkan Jumper pada modul

4.2 Analisa Dan Perhitungan Rangkaian
Pada Rangkaian penyulutan thyristor dengan menggunakan tahanan (R) digunakan untuk pengubah tegangan AC menjadi tegangan DC, dimana rangkaian ini memiliki input berupa tegangan AC dan output berupa tegangan DC, dimana pengaturan nilai output dapat diatur dengan cara mengubah amplitude dengan menggunakan potensiometer untuk mendapatkan nilai  output dengan sudut penyalaan masing-masing sebesar  45˚, dan 90˚. Dimana nilai tegangan output dari masing-masing sudut penyalaan  dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.1 Data hasil pengamatan

Sudut penyulutan

Nilai tegangan terukur

Nilai perhitungan

Nilai kesalahan relative

Nilai Potensio Meter

Bentuk gelombang output


45˚


6.8 V


6.09 V


11.65%


500KΩ





90˚


5.2 V


4.65 V


11.83%


1MΩ


V. KESIMPULAN
Rangkaian Penyulutan thyristor dengan beban (R) akan bekerja apabila kaki atau terminal gate pada thyristor diberi tegangan sebesar 0.7V karna pada dasarnya prinsip kerja dari thyristor itu sendiri sama seperti saklar atau switch apabila kaki dari gerbang gate tidak diberikan tegangan sebesar 0.7 maka thyristor tidak akan berfungsi atau off. Pada rangkaian ini didapatkan nilai penyulutan sebesar 45˚ dan 90˚, untuk menggatur besar sudut penyulut atau penyalaan tersebut menggukan sebuah potensiometer dengan nilai resistansi  sebesar 1MΩ.
Berdasarkan dari data pengamatan pada rangkaian penyulutan tersebut didapatkan nilai Vout terukur pada saat penyalaan sebesar 45˚ adalah 6.8V, sedangkan untuk sudut penyalaan 90˚ adalah 5.2V. Sedangkan untuk nilai terhitung pada rangkaian penyulut tersebut untuk sudut penyalaan sebesar 45˚ adalah 6.09V dan saat 90˚ adalah 4.65V. Nilai Vout yang dihasilkan memiliki perbedaan dikarenakan komponen dan alat ukur yang digunakan pada rangkaian tersebut memiliki nilai toleransi kesalahan. Jadi hal ini mengakibatkan kesalahan relative yang berbeda juga disetiap percobaan. Nilai kesalahan relatif  penyulutan 45˚ adalah 11.65%, dan saat penyulutan 90˚ adalah 11.83%.


REFERENSI
[1]         Rashid,Muhammad, “Elektronika Daya”  Edisi  Bahasa Indonesia ,  PT  Prenhallindo, Jakarta 1999
[2]          Rufus P. Tuner. “133 Rangkaian  Elektronika”,  PT ELEX MEDIA  KOMPUTINDO KELOMPOK GRAMEDIA, Jakarta 1993 
                Tanggal  Akses : 4 Agustus 2016
                Tanggal  Akses :  12 Agustus 2016
                Tanggal  Akses :  12 Agustus 2016


Biografi
Ade Surya Pratama lahir di Trenggalek,jawa timur pada tanggal 03 desember 1995 telah menempuh pendidikan mulai dari SDN Parung Tanjung 1 selama 6 tahun, kemudian melanjutkan ke SMP Negri 1 gunung putri selama 3 tahun, SMK Muhammadiyah 1 cileungsi 3 tahun. Saat ini penulis sedang menyelesaikan pendidikan S1 teknik elektro Universitas Gunadarma angkatan 2013 mengambil konsentrasi teknik tenaga listrik( arus kuat).